Rania

"Ayo, Kak ... sini!"

"Tuh! Adik saja berani," tunjuk mamaku kepada anak perempuan yang berjalan melewati lorong-lorong sempit sendiri, dan meninggalkan ibunya di belakang.

Sementara aku, malah minta gendongan mama untuk menyusuri jalan-jalan itu. Aku masih kecil, wajar saja takut. Jalannya gelap begitu.

Setiba di jalan terang yang penuh dengan lampu warna-warni tepatnya di festival layar tancap. Aku pun diturunkan mama dari gendongannya. Dan kami bermain bersama.

Aku dibelikan es krim oleh mama. Sedangkan anak perempuan itu, hanya bisa menangis meminta kepada ibunya, tetapi tidak dibelikan. Mungkin, karena dia sedang pilek dan tidak boleh minum es krim. 

Namun, diam-diam aku memberikan es krimku ke Rania. Dan dia berhenti menangis.

"Terima kasih, Kak," ucapnya tersenyum

"Iya ... ayok main lagi," ajakku.

Rania, anak tetangga dekat rumah tanteku di Sukabumi. Kami bertemu saat aku berlibur ke sana dan kami sering bermain bersama. 

Dia sangat pemberani berjalan di lorong-lorong sempit yang gelap dan hanya diterangi cahaya bulan yang temaram. 

Mengingat kejadian itu, aku hanya bisa tertawa dan malu. Karena aku anak laki-laki yang takut gelap dan masih minta digendong.

Sudah lima belas tahun berlalu. Rania, apa kabarmu?

Google.com


#RNue
#ODOP_Batch3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki