Pensil Alis

"Bagus, Kak ... bagus!" teriaknya girang melihat ke kaca, setelah alisnya kusketsa dengan pensil alis milikku.

"Siapa dulu dong yang make over?" ucapku mengkibaskan rambut dengan wajah tersenyum.

"Iyalah! Kakak kan sudah terbiasa, kerja selalu pakai make up," kilahnya sambil tetap memperhatikan alis barunya, dia tersenyum-senyum sendiri.

"Hahaha ... makanya, kamu cepat lulus dong!" seruku mengacak-acak rambutnya.



Nury, gadis remaja kelas tiga SMA ini kelihatan senang sekali alisnya berubah. Mungkin karena selama ini alisnya tidak kelihatan. Sebenarnya tanpa make up wajahnya sudah cantik, wajah Nury, putih, bersih tanpa noda jerawat.

Teman satu kost denganku ini, sudah seperti adik sendiri. Kami begitu dekat sehingga ketika dia galau selalu curhat kepadaku. 

Kamarnya tepat berada di samping kamarku. Sejak kelas satu SMA, dia sudah 'ngekost' karena rumahnya jauh dari sekolah.

Sebenarnya kami berniat ingin pindah kost saja, karena sering tercium bau comberan di sekitar kamar kost ini. Mungkin karena penampungan kakusnya ada yang bocor. 

Terkadang ada binatang atau serangga yang suka masuk ke kamar-kamar kami. 

'Kak, jangan keluar dulu dari kamar, Kak. Di depan pintu ada kalajengking!' teriak Nury saat itu ketika dia melewati kamarku.

"Nury, udah selesai senyum-senyumnya? Ganti baju gih, ayo kita pergi! Sebentar lagi matahari sudah mau terbenam loh," ucapku menyadarkannya yang dari tadi masih senyum-senyum sendiri di depan kaca.

"Iya, Kak, Nury ganti baju dulu ya." Dia pun beranjak ke kamarnya.

Sore ini kami mau pergi undangan ke pernikahan Tantri, teman yang pernah kost juga bersama kami. makanya itu, Nury si gadis remaja memintaku mendandaninya, 'Agar kelihatan lebih cantik,' katanya.

Setelah aku sketsa, alisnya menjadi seperti habis di sulam, dia sangat girang, dan mengatakan bakalan tidak cuci muka, karena takut alisnya akan luntur.  Ada-ada saja. 

Aku membereskan alat make up yang dari tadi seperti tongkat sihir, karena telah mengubah wajah kami menjadi kelihatan lebih cantik. Sedangkan Nury, di kamar sebelah hening, sepertinya dia masih memilih-milih baju yang paling cocok untuk dipakai ke pesta.

Satu persatu kumasukkan peralatan make up itu ke kotaknya. Tapi ... 'Pensil alisku mana ya?' Gumamku dalam hati. Celingak-celinguk mencari ke setiap sudut kamar. Pasti! 

"Nury ...!!! " Teriakkanku membahana ke seluruh kamar kost. Suara cekikikan terdengar dari kamarnya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki