Ketika Ibu Mengandungku
Ibu, seorang wanita cantik yang menikah di usia muda. Empat tahun usia pernikahan, Ibu belum dikaruniakan seorang anak. Tak putus harapannya untuk selalu berdoa, bermunajat kepada Allah Sang Maha pengasih, agar diberikan buah hati.
"Sabar ... Allah Maha Mendengar doa hambanya," ucap Ayah ketika Ibu tak henti-hentinya menangis dalam sujud panjangnya.
Al-Quran adalah teman bagi Ibu. Di saat selesai salat rutinitas yang dilakukan Ibu adalah membaca Al-Quran, dengan membaca Al-Quran hatinya menjadi sangat tenang.
Ibu merasakan bahwa Allah pasti akan mengabulkan keinginannya untuk mempunyai buah hati. Mungkin tidak sekarang atau nanti. Tetapi beliau merasakan hal itu pasti akan terjadi.
Menginjak lima tahun usia pernikahan. Allah memberi hidayah-Nya kepada Ibu. Allah menitipkan aku di rahim Ibu.
"Alhamdulillah, Pak ... aku positif hamil!" teriak Ibu kepada Ayah dengan pancaran mata berbinar.
"Alhamdulillah ... Allah telah mendengar doa kita, Bu," ucap Ayah memeluk Ibu.
Setiap selesai salat, Ibu selalu membaca surah Yusuf dan Maryam agar kelak anak yang di kandung memiliki wajah yang cantik jika perempuan dan tampan jika laki-laki. Begitulah yang Ibu dengar dari ustazah Aisyah.
Hal itu pun terjadi, aku lahir ke dunia dengan wajah yang cantik dan manis. Para tetangga mengatakan wajahku seperti orang Arab dan mereka tak henti memujiku.
Saat usia lima tahun, teman-teman arisan Ibu berkumpul di rumah. Karena wajahku tidak mirip Ibu dan Ayah, mereka menggodaku dengan guyonannya.
"Annisa, kamu anak siapa?" tanya mereka dan tersenyum satu sama lain.
"Anak Ibu dan Ayah," ucapku tegas.
"Kok tidak mirip? Hahaha ...." Mereka pun terbahak-bahak.
Aku pun ikut tertawa bersama mereka. 'hanya bercanda,' pikirku.
Karena kutahu, ketika Ibu mengandungku beliau sangat rajin membaca Al-Quran. Ibuku wanita hebat dan aku sangat menyayanginya.
Komentar
Posting Komentar