Hari-hariku

Adalah aku yang menanti fajar saat senja datang
Kenapa fajar? 
Begitu fajar tiba, satu hari yang menyakitkan telah terlewati. 
Satu masa yang tersusahkan telah terlewati
Aku tak sabar ingin bertemu fajar lagi

Akan kuukir cerita dalam tiap detiknya
Akan kutoreh canda dalam tiap menitnya
Akan kulukis tawa di setiap jamnya.

Pagi ini, aku bangun jam lima subuh, kecepatan memang, tak masalah. Kukatakan kecepatan,  karena hari ini aku sedang libur beribadah. Biasanya, dalam keadaan seperti ini, aku bangunnya tiga puluh menit sebelum masuk kerja, tepatnya jam tujuh.

Saat bangun, seperti ada rasa kehilangan, aku meraba-raba kasur, bantal dan guling. Dapat! Ternyata ponsel datarku tergeletak parah di bawah kasur. Keadaanya tragis dalam keadaan telungkup tak berdaya, langsung kusambar saja.

Aku melihat aplikasi-aplikasi yang ada di dalamnya, ada ratusan chat dan notifikasi. Semua kuabaikan dan aku bergerak ke kamar mandi.

Selesai mandi dan berpakaian rapi, aku membuat jus wortel dan menyiapkan roti untuk sarapan. Hal ini hampir setiap pagi kulakukan, jus wortel bagus untuk mata, apalagi mata rabun sepertiku. Sarapanku memang roti, bukan karena ikutan gaya barat tapi tak sempat memasak.


Jus wortel dan roti telah berada di tempat yang aman. Mereka berhasil masuk ke lambung dengan mulus melalui mesin gigi di mulut. Aku kembali ke kamar dan mengambil ponsel, notifikasi bertambah. Kulirik jam tangan masih ada waktu santai sebelum masuk jam kantor.

Aplikasi ponsel datar itu kubuka satu persatu dan membacanya tanpa jedah, tanpa ada yang terlewatkan. Sekedar membaca kadang juga membalas membuatku lupa waktu. Tak terasa sepuluh menit lagi jam msuk kantor tiba, aku menyambar tas dan pergi. 

Sampai di kantor jam delapan tepat. Belum terlambat, langkahku tertuju ke meja kerja yang sudah menanti untuk diberantakan. Sebelum mengerjakan pekerjaan masing-masing, semua karyawan kantor doa pagi bersama dan beryel-yel agar semangat bekerja.


Di kantor ini, biasanya kalo jam pagi santai, tapi ketika sore, banyak sekali pekerjaan menumpuk. Jadi tak asing lagi kalau aku sering pulang terlambat. Pulang kerja paling cepat jam enam paling lama jam sepuluh malam. 



Kalau pulang cepat biasanya kusempatkan ke pasar untuk berbelanja dan memasak. Tapi kalau pulang lama hanya bisa beli lauk saja di warung nasi.

Derita anak kost ya begini, tapi aku tidak pernah makan mie dan telur walau katanya instan itu membahayakan bagiku. Alergi? Iya, dan aku juga ada penyakit lambung jadi makanan harus tetap terjaga.

Hari ini pulang cepat, sesampai di kos, aku langsung mandi sore kemudian masak lauk seadanya. Setelah masak, ponsel datar kumainkan tapi tak boleh terlalu lama, karena jam delapan malam aku pergi kerja lagi, menjadi kasir di salah satu market. Jadi, aku punya dua kantor dalam sehari.

Pagi sebagai karyawan kantoran di suatu perusahaan, malam sebagai kasir di mini market khusus menjual susu dan popok bayi. 

Pekerjaan malam ini memakan waktu hanya dua jam saja, dari jam delapan sampai jam sepuluh malam, saya sudah pulang.



Di market ini tidak bayak kerjaan aku hanya duduk menanti pembeli, sambil menonton televisi, membaca buku dan bermain ponsel tapi tetap fokus pada pembeli.

Berada di sini kumanfaatkan juga untuk menulis. Jadi pekerjaan sampingan ini hanya membunuh waktu bosanku di kamar. Karena hal yang sama juga bisa saya lakukan di kamar kosan.

Itulah kegiatanku sehari-hari yang memang terkadang membosankan. Kapan ini akan berakhir? Aku pun tak tahu, yang terpenting dalam hidup adalah mensyukuri semua hal yang ada di dalamnya. Tetap semangat dan selalu istiqomah intinya.

#RNue
#Tantangan
#ODOP_Batch3

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki