Pemburuan Seorang Jomblo

Namaku Natasha, gadis bermata bundar, berkulit putih, dan memakai kaca mata. Saat ini sedang bekerja di perusahaan asing. Hari-hariku sangat sibuk antara kamar kos dan ruangan kantor. Hampir tidak ada waktu untuk melihat matahari dan bintang apalagi sekedar hangout bersama teman-teman.



Dulu pernah punya pacar yang super sibuk, sama seperti diriku dan kami jarang bertemu. Hati ini berdesir perih ketika melihatnya berjalan dengan seorang wanita dari kejauhan. 

Apakah dia menyadari atau tidak, yang pasti saat itu tatapan kami saling beradu. Tanpa penjelasan apapun hubungan yang sudah dibina hampir dua tahun berakhir begitu saja.

Siapa pun harus bangga bila pernah gagal, apalagi dalam suatu hubungan. Bukan jaminan kalau tidak akan gagal lagi, tapi setidaknya, ada bukti konkret kalau kita pernah berusaha untuk tidak menjomblo.

Padahal tahun depan aku sudah berniat mengakhiri masa lajang dengannya. Ternyata bukan dia kapten yang tepat untuk memimpin prajurit cintaku.

Sejak kejadian itu aku selalu berusaha melupakannya dan berjanji tidak akan mudah tergoda oleh lelaki manapun. Walaupun banyak godaan yang datang tetap berusaha tidak akan terpancing dan fokus dengan target hidup yang sebenarnya.

"Nanti jam istirahat,  makan siang bareng yuk!" ajak Edo Karyawan baru di kantor.

Walaupun karyawan baru, jabatannya cukup meyakinkan untuk bisa mengarungi bahtera rumah tangga bersamanya. Tampangnya juga lumayan, seperti Shaheer Sheikh kawe satu. Tapi aku tidak akan tergoda.

"Maaf, Pak! Masih ada kerjaan, mungkin agak telat makan siangnya," jawabku dengan sedikit senyum lantas mengalihkan pandangan ke layar PC. 

Sebenarnya dalam hati sangat ingin dan iblis mulai menggoda, 'kapan lagi coba! Mungkin dia kaptennya.' Tapi kutepis hasutannya. 

"Baiklah, saya tidak akan memaksa." Dia tersenyum dan berlalu tanpa menoleh ke belakang.

Punggungnya menghilang di daun pintu, 'Mungkin dia kaptennya!' bisik iblis jomblo lagi yang sedang duduk santai di lembah hati beralaskan luka.

"Nat! Nyesel loh, nyeseel ...! Cowok setampan itu nagajak makan bareng kamu tolak, kapan lagi cyiin..., " ujar Cecep lelaki gemulai rekan kantor yang sangat dekat denganku.

'Satu lagi nih, iblis jomblo yang nyata, panas-panasi seperti kompor.'-- "Bising ah, aku kan jadi gak konsen, kan jadi salah!" gerutuku.

"Kalau kamu gak mau buat eiyke ya," ujarnya menyibbakkan rambut cepak.

"Dengar ya,  Cecep!  Kalau dia ngajak makan siang mah biasa. Tapi kalau dia ngajak hidup bersama itu baru cowok," ucapku.

Cecep tertegun dan berkata, "sesakit itukah? Sehingga yei cepat-cepat ingin dilamar saja, sabar ya cyiiin ...."

Kuperhatikan wajah cecep,  sebenarnya lelaki ini tampan seandainya kamu normal. "Sudah lah!"

"Nat, titip gak? eiyke mau beli nasi Padang Uda Sayang nih!"

"Mau dong,  jangan pake jengkol ya!" Rumah makan Padang Uda Sayang, memang terkenal dengan semur jengkolnya tapi aku tidak suka.

"Pake dong cyin,  ntr jengkolnya buat eyke."
"No, pokoknya aku gak mau kalau nasinya bau jengkol!"

"Yeeeiii dasar!" Ketusnya lantas berlalu.

Septiandra Risky atau yang akrab disapa Cecep, karyawan satu angkatan denganku.  Kami masuk bersamaan. Saat pertama bertemu dia tampan sekali seperti lelaki asli. Hati ini hampir saja menyukainya. Setelah tahu dia begitu, aku hanya mengaguminya sebagai teman baik.

--
"Kamu belum pulang ya, mau saya antar? Kebetulan kita searah," ajak Edo lagi, saat aku berdiri menunggu angkot di depan kantor.

"Cep ... cep pulang bareng yuk, Maaf lagi, Pak! Sudah janjian sama Cecep." Ketika itu Cecep lewat di depan kami dengan motor maticnya. 

Seandainya motorku tidak di bengkel, pasti sudah sampai rumah. Untung Cecep lewat,  jadi bisa nebeng dan menghindari ajakkan Edo.

"Nat, kenapa yei tolak si Edo terus sih?"

"Kamu kepo deh, antarkan aku pulang aja!"

"Kita kan temen,  masa kamu gak mau curcol ke saya." Saat serius begini omongan Cecep datar, tidak seperti biasa. 

"Hatiku, masih belum bisa menerima lelaki manapun."

"Termasuk aku?"

"Loh!" Aku heran kenapa Cecep begini. Aku terdiam.
"Sudah ah,  lupain cyiin...  eiyke cuma bercanda. Udah sampe noh kos-kosan Lu!"

"Kalau aja Lu, lelaki beneran! Makasih ya ...."

Sesaat kulihat siluet wajah Cecep serius tapi 'Bodoh amat dia kan lelaki jadi-jadian.' 

Bagaimana dengan Edo.  Cowok itu Sebenarnya misterius, dia atasanku. Sudah seminggu dia menjadi CEO di kantor, karena CEO yang lama dimutasikan ke kota lain. Tapi aku bersikeras tidak akan tergoda dengan lelaki yang sikapnya seperti itu.

Tak henti-hentinya Edo mendekati. Tapi aku tetap bertahan tidak akan mudah terpancing.
--

Pemburuan Edo sang jomblo berhenti ketika dia tahu aku akan menikah. Septiandralah kaptennya. Sungguh tak percaya setelah pulang dari Gorontalo dia bisa berubah total dari prilaku sebelumnya. Dia kelihatan lebih "Laki."

Tutur bahasanya yang lembut dan tegas,  menampakkan jati diri bahwa dia memang sangat menyayangi wanita. Tegas, aku suka lelaki yang tegas.

Aku tak habis pikir kenapa dia bisa berubah. Dan Cecep pun jujur kepadaku, ternyata selama ini, dia hanya berpura-pura agar kami bisa menjadi lebih dekat.

"Nat,  sebenarnya aku suka sama kamu dari awal kita berteman. Tetapi karena aku tahu kamu berkomitmen tidak akan membuka hati untuk lelaki manapun sebelum lukamu terobati, aku hanya bisa begini. berpura-pura menjadi bukan aku,  agar bisa lebih dekat denganmu dan menunggu sampai luka itu pulih kembali." Sesaat Cecep terdiam lantas berkata lagi --"Izinkan aku menjadi kapten untuk menahkodai bahtera cintamu, Nat."

Aku tertegun dan berkata, "Kau tahu, Cep? Saat aku katakan seandainya kamu lelaki beneran. Aku gak bakal menolak kamu, karena kutahu hatimu selembut wanita dan pasti akan menjaga hati seorang wanita, ketegasan sikapmu segagah Dharmayatra yang pasti akan melindungi rakyatnya. Aku siap, mengarungi lautan cinta dalam bahtera yang kau nahkodai." Akhirnya kami memutuskan menikah bulan depan.

Saat pernikahan berlangsung, Edo datang sendirian, dia masih jomblo. Dia berjalan ke arah kami untuk mengucapkan selamat, tetapi langkahnya terhenti sesaat pandangannya tertuju pada sesosok wanita ayu bermata belok, berkulit putih, tetapi tidak memakai kacamata. Yang di pandang hanya senyum-senyum tetapi merasa aneh. 

Nadhira, kembaranku yang baru datang dari Australia. Edo menghampiri Nadhira dan mereka berkenalan. Nadhira, sangat ngefans sama shaheer sheikh,  otomatis dia menyukai lelaki yang mirip seperti aktor tampan dari bollywood tersebut. 

Pemburuan Edo pun berakhir dengan adanya Nadhira di sisinya.

Kejombloanku pun berakhir,  ternyata tidak jauh-jauh, selama ini jomblo di depan mata yang menjadi kaptennya. Seorang Cecep,  yang tak Kalah kerennya dari Robert Pattinson.

#RNue
#ODOP_Batch3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki