Ambisi Cinta


"Kasihan yah, kudengar dia membunuh pacarnya sendiri. Sekarang dia jadi tidak waras."

"Bukan pacar. Katanya jasad yang ditemukan membusuk itu adalah sahabatnya. Calon istri laki-laki itulah yang pantas dikasihani. Dia kehilangan orang yang paling dia cinta setelah mencarinya sampai berbulan-bulan. Dia baru bertemu jasad tunangannya di kamar wanita gila itu."

"Dasar wanita jalang!! Dia memperkosa sahabatnya lalu membunuh? Dia tidak layak hidup."

Lihatlah, Die! Orang-orang dengan pakaian serba putih itu selalu menyiksaku. Dia mencoba mengambil anak kita. Dan kau dengar? Dia bilang aku gila, jalang dan pantas mati. Tapi tenanglah. Nanti pasti kuberi mereka pelajaran. Mereka tidak akan lolos dariku. Daging orang-orang itu akan menjadi menu utama diruangan dingin yang sempit ini. Mereka orang jahat! Mereka mengikat tangan dan kakiku dengan rantai. Tapi lihatlah, wajah-wajah mereka melekat erat di otak ini.

"Hahahahahahahahaha, ....!!!!"

"Hahahahaha hahaha hahaa....!!!

"Tunggu pembalasanku!!!!"

--
Seperti cahaya yang menembus dalam kegelapan. Perasaan cinta itu telah merobekkan naluri, membuatku tak bernafsu dengan apa pun. Selain Dirinya.

"Baiklah, aku harus pulang. Terima kasih untuk hari ini. Kau adalah sahabat terbaik yang pernah kumilikki," ucapnya canggung meletakkan gelas hello kitty kesayanganku.

Diego, sudah berdiri, bersiap meninggalkanku. Air putih yang kusuguhkan telah tandas. Pasti dia sangat lelah seharian berkeliling, demi menyiapkan pernikahan dengan Winsleta, wanita laknat itu tiba-tiba muncul. Mataku berbinar menahan amarah, dia merenggut seluruh perhatian lelakiku yang sebelumnya tak pernah terbagi.

Satu kesalahan terbesar Diego, memintaku untuk menemaninya mencari cincin dan gaun pengantin. Itu sama saja menusukkan seluruh tubuh dengan duri-duri beracun yang perlahan membuat sisi gelap dalam diriku menyeruak.

"Pulanglah kalau bisa," jawabku dengan nada datar dan dingin khas Malaikat Neraka yang siap mencambuk.

"Apa maksudmu?"

Lelaki pirang itu mengernyit, dia jelas tidak mengerti, dia tak pernah melihatku sebagai wanita. Sementara hatiku? Aku selalu tertatih mengikuti bayangannya yang tak bisa disentuh. Mengarak jiwa dalam kehinaan yang menyakitkan. Selalu berada di sisinya dan hanya dia satu-satunya objek yang kulihat dengan sempurna. Tapi dia, justru mengikuti wanita lain. Bukan Aku!

"Vem, apa yang kau lakukan?! Kenapa ... aaahh!!! Tubuhku terasa panas. Aku butuh air ... air." lelaki berkacamata itu menggelepar seperti orang kesetanan. Keringat di wajah putih itu membuatnya terlihat ratusan kali lebih menggoda.

"Kau tidak butuh apapun, selain diriku."
Aku memainkan jemari di pelipis kirinya. Tubuh tegap itu terlalu tinggi hingga aku harus menjinjit untuk menggapai sudut bibirnya. Lembut dan sangat manis.

"Jauhkan dirimu, Vem!!" bentak pria bermata elang itu mendorongku. Ia terlihat sangat tersiksa menahan hasrat yang menggelora. Sepertinya aku berlebihan memberi dosis obat. Dia sampai menggigil dan berkeringat, hanya napas api yang membuatnya masih terlihat hidup. Maaf, aku hanya menginginkanmu. Jika ragamu tak dapat kumilikki, maka biarkanlah benih cintamu hidup dalam diriku.

--
Benda kecil itu menunjukkan dua garis merah. Aku mengelus perut yang masih rata. Tapi bisa dirasakan, bahwa di dalam sana ada kehidupan, dan Diego adalah orang yang memberiku hadiah indah ini.

Lelaki itu masih terbaring di ranjang. Kukecup bibir manisnya. Tak ada yang berubah, bunga-bunga ini akan membuatmu tetap harum.

"Tidurlah, aku tak lagi sendiri. Cintamu telah tumbuh dalam diriku."

Kutaburkan lagi mawar dan melati ke atas raga yang membujur kaku. Andai kau tidak menyebut nama wanita jalang itu saat mengerang nikmat bersamaku.  Beling meja itu tak perlu menembus otakmu. Kau bodoh, Die! Aku akan membiarkamu hidup. Kau bisa menikah denganya dan aku bahagia dengan anak kita.

Tapi kau lakukan kesalahan, aku tidak bisa mengampunimu. Sebagai wanita yang sangat mencintaimu, aku sakit hati. Lebih baik aku memeluk dirimu dalam ketiadaan, daripada menyakiti diriku setiap detik dengan melihatmu bersama wanita lain. Maaf, aku tidak bisa membagi dirimu dengan siapa pun.

#RNue
#ODOP_Batch3

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki