Coretan Datar Gak Sadar

Hampir enam bulan selembar kain itu istiqomah menutupi separuh wajahku. Karena sehelai kain banyak keajaiban yang aku dapat dan benar aku merasa lebih dekat kepada-Nya. Awalnya keluarga melarang, terutama ibu, tapi dengan kesungguhan dan kesanggupanku untuk bertahan memakainya akhirnya keluarga mengalah walaupun tetap tidak terlalu mendukung dengan pilihan ini. Cadar, mengapa bercadar? Seperti teroris, seperti ninja, pertanyaan atau kata-kata itulah yang terlontar kepadaku ketika tetangga melihat saat aku keluar rumah. Dan lebih ekstrem aku malah dibilang hantu. Aku jawab pertanyaan atau kata-kata mereka dengan senyuman saja. Mengapa bercadar? Bukan sekadar mengikuti sunnah Rasul saja, tapi cadar adalah impianku dari kecil. Saat kecil ketika melihat seorang bercadar dalam hatiku selalu berkata: “Aku ingin seperti mereka, jika besar nanti aku akan memakai cadar”. Waktu pun berlalu aku sudah dewasa tapi hal itu tak juga terwujud. Awalnya aku masih berusaha mengubah penampi

Tatapannya mengintimidasi, menelanjangi setiap gerakkanku. Aku berlari dan terus berlari. Berharap bisa melupakanmu. Masa lalu! Aku yakin. Meninggalkan seluruh kenangan baik dan menyakitkan, adalah salah satu cara Tuhan mendewasakan. Tidak semua hal bisa kembali datang. Bahkan, ketika sebuah penyesalan pada akhirnya menjadi sebuah pengakuan. ~Haura Shakilla  ---- ------ ------ ----- ---- ----- -------- -------- ------ ------ ----- --- nuekarhien@gmail.com Bintang di cakrawala hatinya mendadak mati, seperti halnya semua cinta juga mati. Cinta, apa itu cinta? Mencintai atau dicintai? Dia seakan mual. Menjijikkan! Harapan demi harapan telah tersusun rapi dalam jurnal Shakilla, yang kemudian akan direalisasikan di tahun ini, tahun yang baru beberapa hari menduduki masanya. Shakilla, bertekad akan memusnahkan prediket jomblo dalam dirinya. Tapi semua berakhir, seperti mengharap salju turun di musim panas tak akan pernah terjadi. "Mungkinkah ... mungkinkah kutukkan ci