Saat bertemu Ana di sebuah cafe . Aku hanya diam dan mengaduk-aduk jus alpukat tanpa meminumnya. Pandanganku jauh menerawang, imajinasiku muncul dengan liarnya. Terlihat kenangan masa lalu di sana. Adegan demi adegan bermain tanpa jeda, lelah, dan kalah. "Kenapa melamun?" tanya Ana. Adegan itu seketika buyar. A ku terkejut! Lantas menjawab dengan datar, "masih teringat dia." "Sudahlah, dia kan sudah menikah dengan wanita lain. Masih banyak yang menunggu kamu di depan sana. Ayo move on!" Ana memegang tanganku dan menggenggamnya. Matanya menatapku prihatin. Aku menatap Ana, kemudian mengalihkan pandangan ke jus alpukat yang sudah mencair. "Move on itu bukan hanya tentang lupa, tapi bagaimana bisa tersenyum saat merasakan luka. Aku gak bisa seperti itu, An." Rasa cinta selalu disertai rasa ingin memiliki. Aku merindukannya," jelasku padanya memelas. Ana menghela nafas, melepaskan genggamannya, semenit kemudia
Amiin. Semangaaat kakk
BalasHapusAaamiiin... Makasih, An 😅😅
HapusWoww.. Kok sama kayak saya... Saya juga gitu.. Kalo dah boring mualesssny mnt ampun mw nulis.. Tapi skrng brusaha nulis trus..
BalasHapusKalo kyak gitu mnding suka ngeliat rang yg pnya kekurangan dr pda kita. Kyak mbak Indah alumni KMO (komunitas mnulis online). Nah itu kkurangannya lumpuh dan bicara tdak lncar. Tapi dia dah buat buku. Saya jdi smngat kalo bayangin kekurangan dia. Hehe.
Smngat mbak. Saya juga brusaha smngat nih..
Nice.. Remended me.
Tetap semangat, Mas 😅😅
HapusSemangat, mbak Karhien 👍😊
BalasHapusHmmm ... Aku ingin sekali menggunakan kalimat : jangan main-main dengan penulis, atau kau akan abadi di setiap karyanya.
Mungkin bisa kutambahkan : tetaplah menulis karena suatu saat setiap tulisan akan menemui takdirnya sendiri.
Wow, nice qoute mba nodiwa 😅😅
Hapus