Aku dan Sebuah Cerita

Doc. Pribadi

Saat itu usiaku lima tahun. Aku suka sekali mengobrak-abrik meja rias Mami, "Ini apa sih?" Aku mengambil sebuah benda kecil berbentuk panjang, saat dibuka terlihat sesuatu berwarna merah di dalamnya.

"Ini kan yang biasa dipakai mamih di bibir." Aku mencoret-coret benda itu ke tangan, "wah ... seru!" teriakku girang melompat-lompat.

"Ayo kita keluar," ajak Mami dan aku pun menurut.

***
Tempat ini sangat ramai, banyak mobil-mobil besar berjejer rapi. Aku dan Mami duduk di sederetan kursi besi, di samping atasnya ada kaca yang tengahnya bolong, Mami memasukkan tangannya dan beberapa lembar rupiah ke lubang itu. Kudengar dua orang bapak-bapak bercerita, dari pembicaraan mereka aku pun tau ternyata tempat ini namanya terminal bus.

"Tunggu sebentar di sini, ya. Mamih mau ke sebrang sana sebentar," ucap Mami setelah membeli tiket seraya menjulurkan telunjuknya ke warung yang bergelantungan banyak makanan.

Sebelum aku menyetujui ucapan Mami, dia langsung pergi dan aku bingung ditinggal sendiri. Akhirnya aku mengikuti Mami yang sudah sampai ke sebrang, berlari-lari kecil dan gedebuk!! Tubuh kecil ini terjerembab ke aspal.

Salah satu mobil berjalan dengan suara yang sangat nyaring. Masih dalam keadaan telungkup aku memandangi benda berbentuk kotak itu mendekat.


"Rayya ...!" Teriak Mami, dan tubuhku diangkat seorang kakak laki-laki yang sangat tampan.

"Aduh, Dek. Hati-hati kalau main," ucapnya menepuk-nepuk bajuku dan melihat kedua telapak tanganku yang merah.

"Ini darah? Tangannya berdarah?!" tanyanya penuh kecemasan.

Kemudian Mami datang memelukku dan bertanya, "Mana yang sakit?"

"Itu tangannya berdarah," kata kakak laki-laki, berhidung mancung, bermata abu-abu dan berambut sedikit pirang itu, memberitahu Mami.

"Ini darah? Sakit, iya darah?" Mami mengusap-ngusap kedua tanganku.

Aku hanya diam dan tersenyum mungkin terpesona melihat wajah kakak itu yang sangat tampan dan khawatir.

***
Sudah dua puluh tahun berlalu, "Hai, kakak tampan. Bagaimana kehidupanmu?"

"Makan, Ray! Mami memanggilku yang sedang memandangi bintang-bintang di balkon kamar.

Aku pun turun dengan sigap, sambil membunyikan lonceng kecil di tangan. 

#KN
#onedayonepost

Komentar

  1. Hihihi...
    Segar cerita nya.

    Saran:
    Penggunaan bunyi-bunyian seperti krring, tiin, lebih baik dihindari, karena katanya multitafsir

    :)

    BalasHapus
  2. Aduh, belum sempat kenalan sama kakak tampan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kaka tampannya keburu pergi, waktu tau itu cuma lipstik. Haha

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki