Sang Anggun

Google

Namaku Nadhira, seorang siswi berhijab memakai kacamata. Aku sekolah di salah satu SMA Negeri kota Medan. Saat itu kurikulum di sekolah namanya KTSP yang mengharuskan seluruh siswa pulang sekolah sore hari, tepatnya pukul 15.00 wib. Karena takut kehabisan waktu, setiap pulang sekolah aku selalu singgah ke mesjid untuk salat Ashar dan di sinilah Aku bertemu dengan dia, seorang teman yang dengan suka rela mengikat tali sepatuku yang terlepas.

***

"Maaf, Kak. Mukenahnya sudah selesai?" aku menyapa seorang wanita muda yang saat itu usianya sekitar dua puluh lima tahun. Mukenah di mesjid ini tidak ada, jadilah aku memberanikan diri untuk meminjam kepada seseorang.

Dia tersenyum dan berkata, "Sudah, ini mukenah mesjid! Pake aja." Seraya memberi mukenah itu. Setelah selesai salat aku masih melihat wanita berhijab biru muda tadi duduk di pojokkan mesjid, sambil membaca buku. Dia tersenyum lalu menghampiri, kami pun berkenalan.

Namanya Kak Anggun, orangnya baik, penyayang dan cantik. Yang saya kagumi dari dia adalah matanya. Ketika saya melihat mata Kak Anggun hati saya berbisik, beginikah bidadari bermata jeli yang ada di surga itu? Sepertinya mungkin, mata Kak Anggun coklat bening dan kelopaknya sangat besar, cantik sekali. Sejak pertemuan itu kami menjadi teman.

Waktu terus berjalan, pertemanan kami semakin dekat. Dia pernah mengajakku bermain di kosannya, jadi setiap pulang sekolah aku selalu singgah ke kosan Kak Anggun. Kakak bermata jeli itu tidak sendiri, ada kak Eka dan Kak Kirana teman satu kosnya, mereka seorang mahasiswi di salah satu Universitas Swasta di Medan.

Di sini kami tidak hanya berbagi ilmu, tapi juga berbagi pengalaman dan bahkan berbagi masalah. Ketika aku menceritakan suatu masalah, hanya satu jawaban dari mereka, "Sabar ... Allah sangat menyayangi orang-orang yang sabar dan tidak akan mengecewakan kita." Begitulah prinsip mereka, selalu sabar. Sampai saat ini kata sabar menjadi bumerang buatku untuk menghadapi masalah atau ujian dari-Nya.

Ketika pulang, aku diantar Kak Anggun ke jalan raya untuk menunggu angkot (Angkutan Kota). Kita berjalan menyusuri jalanan karena angkutan umum biasa lewat di jalan raya, jaraknya lumayan jauh dari kosan Kak Anggun. Sepanjang perjalanan tanganku tak lepas dari genggaman Kak Anggun, seakan-akan takut aku hilang atau kesasar. Kami berjalan sambil bercerita, dan sesekali membenahi hapalan Al-Qur'an.

Di tengah jalan tali sepatuku lepas, aku berhenti untuk mengikatnya, kak Anggun menunggu sambil tersenyum melihatku. Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan. Tali sepatuku lepas lagi, berhenti lagi dan mengikatnya lagi, kemudian kita berjalan lagi. Tiba-tiba lepas lagi, di sini aku merasa tidak pandai memasang tali sepatu dengan benar, atau tali sepatu itu sengaja memermainkanku. Aku sangat kesal dan sampai sekarang tidak mau memakai sepatu yang ada talinya.

Tidak tau apa yang akan dilakukan Kak Anggun, dia ikut berjongkok di sebelahku, tangannya menyentuh tali sepatu itu dan mengikat kedua tali sepatuku dengan suka rela. Setelah selesai, Kak Anggun hanya tersenyum dan kami pun melanjutkan perjalanan. Sebenarnya aku merasa aneh dan terkesan tidak sopan. Awalnya aku menolak tapi wanita putih itu menghiraukannya. Aku merasa, aku telah menemukan teman sejati di dunia ini.

Kak Anggun sosok yang baik dan sangat sayang kepada teman-temannya, bibir merahnya selalu menyunggingkan senyum. Senyum khas yang indah membuatku nyaman berada di sampingnya dan tutur kata yang lembut penuh kasih sayang seperti seorang ibu bagi teman-temannya. Benar-benar seorang yang Anggun, sesuai namanya. 

***

Saat ini aku bekerja di perusahaan swasta yang berada di luar kota Medan. Aku tidak pernah bertemu Kak Anggun dan teman-temannya lagi. Saat kelas tiga SMA aku mulai jarang datang ke kosan karena disibukkan dengan les, bimbel untuk ujian nasional. Ketika aku datang mereka sudah pindah, aku tidak tau nomor ponsel, alamatnya yang baru dan sosial medianya. Aku berusaha mencari tapi tak ditemukan.

Aku sangat merindukan mereka, merindukan senyuman wanita bermata jeli itu. Aku tak percaya mereka sudah hilang tanpa jejak dari kehidupanku. Aku merasa sangat kehilangan, aku kehilangan sosok teman yang jarang ada. Seorang teman sejati yang sangat sayang kepada teman-temannya, mereka teman-teman yang saling mencintai karena Allah. Pergaulanku menjadi lebih baik saat bersama mereka dan ilmu pengetahuanku baik tentang agama dan umum menjadi bertambah karena mereka.

Tak hentinya kuberdoa agar Allah pertemukanku dengan mereka. Jika tidak di dunia, semoga Allah pertemukan kami di surga-Nya kelak. Dan kuberharap Allah SWT mengijabahnya.

#Onedayonepost
#RNue

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Met Milad Kak Rita

Aku yang Bukan Aku

Cinta Tak Harus Memiliki