Kara (3)
Aku sangat mencintainya, seperti menemukan jalan di semak blukar, hidupnya menuntunku ke jalan yang benar. Seperti cahaya menembus kegelapan, dunianya menyinari duniaku yang gelap dan kusam. Seperti pelangi yang terbit ketika hujan reda, dia telah memberi warna di ceritaku yang abu-abu. Aku mencintai dia, dia yang sekarang menjadi suamiku, teman akrabku dan pacar dari sahabatku. Bukan! bukan sahabat, dia hanya teman satu kost saja, dia wanita aneh, wanita penyakitan. Karena penyakitnya lelaki yang kucintai hampir kehilangan nyawa. Penyakit yang dideritanya sangat membahayakan. Mata Za nanar, menatap pohon akasia dari bilik jendela, tangannya menggenggam erat secangkir teh yang masih mengempulkan asap. Terlintas peristiwa sepuluh tahun lalu. Za, yang dari kejauhan melihat pertengkaran itu berlari ke kamar kosnya. Tangannya menjamah sepucuk surat yang tergeletak di atas meja belajar. Surat itu pemberian lelaki yang didorong perempuan di jembatan laut merah. Tetapi dia melupakan